Laman

Kamis, 16 Juni 2011

Saatnya Berbagi

.................................................
Untukmu, X-Pengurus Fakultas : 
"Ada atau Tidak adanya kita selama ini
Akan JELAS terlihat setelah ada atau tidaknya
Perbaikan dan Perkembangan di LDF"
................................ 

Masa kepengurusan UKMI Ar-Rahman Unimed periode 2010-2011 telah usai dan telah dipertanggungjawabkan secara bersama baik ditingkat Fakultas maupun ditingkat Universitas. Hal ini juga telah secara resmi diputuskan dalam Musyawarah Anggota UKMI Ar-Rahman Unimed Ke-XV pada tanggal 15-16 Juni 2011 di Aula Fakultas Ekonomi.
Namun tugas dan tanggungjawab pengurus periode 2010-2011 baik yang di Fakultas maupun Universitas BELUM lah usai, ada proses yang mesti dilakukan untuk mengarahkan pengurus periode 2011-2012.
Proses inilah yang tidak Maksimal didapatkan pada awal kepengurusan oleh pengurus UKMI Ar-Rahman 2010-2011, terkhusus bagi mereka yang selama ini mengarungi manisnya (Karna tidak ada kata pahit dalam Dakwah) dakwah di Fakultas (Lembaga Dakwah Fakultas/LDF).
Iya, hal ini dikarenakan pada periode 2010-2011 lah UKMI Ar-Rahman Unimed menjalankan untuk kali pertama Lembaga Dakwah Fakultas (LDF).

Just For Faculty........
Bagi kita Pengurus (lebih cocok Mantan Pengurus) UKMI Ar-Rahman di Fakultas, sudah selayaknya menjadi orang pertama yang akan memberikan arahan-arahan kepada pengurus Fakultas selanjutnya. Inilah sebuah proses yang wajib dimaksimalkan.
Tidak perlu fokus memikirkan persentase pencapaian kerja yang telah dilakukan, tapi fokus pada perbaikan dan perkembangan Dakwah Unimed kearah yang lebih baik, tidak perlu menyesali apa yang belum terlaksana dan tersamapaikan, tapi tekat perjuangan akan perbaikan mesti terus di azzamkan!!!

Ada beberapa Hal yang mesti kita transfer kepada pengurus UKMI Ar-Rahman Unimed yang di Fakultas Selanjutnya, diantaranya sebagai berikut:
  1. Eksekusi Objektif yang OK (sudah semua Fakultas melakukannya).
  2. Menyampaikan Gambaran Kerja JELAS dan MAKSIMAL
  3. Memberikan seluruh data base YANG TELAH DIRAPIKAN (saya sangat menekankan Data Base untuk Departemen RPK).
  4. Belajar bersama membentuk metode syiar yang Efektif serta penunjang syiar itu sendiri (seperti CorelDraw, PhotoShop, blog dan lain-lain). 
  5.  Menyampaikan Kendala-kendala dengan mendetail dari A-Z.
  6. Menyampaikan saran ataupun solusi.
  7. Meluangkan Waktu bila mereka ingin Konsultasi. (ini sangat dibutuhkan teman).
  8. Memberi SEMANGAT luar biasa!!!!
Keberhasilan dakwah Fakultas akan lebih besar peluangnya ketika gambaran awal itu benar-benar bisa dimengerti oleh pemegang tongkat estafet dakwah Fakultas selanjutnya.
Landasan inilah seharusnya sudah cukup menjadi pembelajaran betapa pentingnya proses berbagi tersebut!!
Ayoe.......
SEMANGAT TEMAN!!!!!!!!!

Terakhir,
Buat teman-teman, jalan ini masih panjang, apapun amanah kita selanjutnya, kontribusi kita dijalan dakwah ini harus terus kita tingkatkan.
Terima Kasih buat teman-teman yang selama ini telah sama-sama mengarungi dakwah di Fakultas, terkhusus di Fakultas Luar Biasa, Teknik!
Antum/Antuna adalah orang-orang yang luar biasa!
Tetap Solid, tetab bangun kerjasama, kuatkan ikatan Ukhuwah!!!!
Semoga Allah  semua dengan Jannah-Nya.Amin....

Jumat, 10 Juni 2011

Rajab, Bulannya Istighfar

اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِاْلأَمْنِ وَاْلإِيْمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَاْلإِسْلاَم رَبِّيْ وَرَبُّكَ اللهُ هِلاَلَ رُشْدٍ وَخَيْرٍ

“Ya Allah, Jadikanlah bulan ini kepada kami dalam kondisi aman dan hati kami penuh dengan keimanan, dan jadikanlah pula bulan ini kepada kami dengan kondisi selamat dan hati kami penuh dengan keislaman. Rabb ku dan Rabb mu Allah. Bulan petunjuk dan bulan kebaikan.” (HR. Turmudzi)

 .............................................
“Allaahumma Baarik Lana Fii Rajaba Wa Sya’baana, Wa Ballighna Ramadhaana. “Ya Allah, berilah keberkahan pada kami di dalam bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” (Doa Rasulullah Saw.)
 .............................................  

Hari ini adalah hari ke-9 dari bulan Rajab 1432 H atau 11 juni 2011, Rajab merupakan salah satu bulan yang dimuliakan Allah, juga merupakan salah satu dari 4 bulan yang Allah dan Rasul-Nya haramkan untuk berperang, atau saling menganiaya. 

Firman Allah SWT.

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” At Taubah: 36 
Sabda Rasul Saw.

Dari Abu Bakrah RA, dari Rasulullah SAW bersabda: ” sesungguhnya zaman telah berputar seperti keada’annya di hari dimana Allah SWT menciptakan langit dan bumi , satu tahun ada dua belas bulan , disitu terdapat empat bulan yang di haramkan Allah SWT, tiga bulan berturut-turut: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab adalah bulan mudhar  yang terletak antara Jumadil akhir dan Sya’ban“. 
Firman Allah SWT.

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan dalam ketetapan Allah SWT , diwaktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat  yang haram, itulah ketetapan agama yang lurus maka janganlah kamu menganiaya diri kamudalam bulan yang empat itu “.QS At-taubah : 36.

Keutamaan Bulan Rajab

Sabda Rasul Saw.

Ada Lima malam dimana do’a-do’a di situ tidak ditolak: malam pertama di bulan Rajab, malam Nisfu Sya’ban, malam jum’at, malam Idul fitri, malam idhul adha“.  

Sabda Rasul Saw.

عن أنس بن مالك ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « خيرة الله من الشهور شهر رجب ، وهو شهر الله عز وجل ، من عظم شهر رجب فقد عظم أمر الله ، ومن عظم أمر الله أدخله جنات النعيم وأوجب له رضوانه الأكبر ، وشعبان شهري فمن عظم شهر شعبان ، فقد عظم أمري ، ومن عظم أمري كنت له فرطا   وذخرا  يوم القيامة ، وشهر رمضان شهر أمتي ، فمن عظم شهر رمضان ، وعظم حرمته ولم ينتهكه وصام نهاره وقام ليله وحفظ جوارحه خرج من رمضان وليس عليه ذنب يطلبه الله به »
Dari Anas bin malik, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda : ” Bulan yang paling dipilih oleh Allah SWT adalah bulan Rajab, dia adalah bulan Allah SWT, barang siapa mengagungkan bulan inimaka telah mengagungkan perkara Allah SWT, dan barang siapa yang mengagungkan perkara Allah SWT maka akan dimasukkan di Surga Na’im, dan diwajibkan untuk diberikan ridho Allah SWT yang paling besar, dan bulan Sya’ban adalah bulan bulanku(bulan Rasulullah), barang siapa mengagungkan bulan ini maka telah menggungkan perkaraku, dan barang siapa mengagungkan perkaraku maka aku adalah sebagai pahala baginya dan juga sebagai simpanan pahala di hari kiyamat nanti, sedangkan bulan Ramadhan adalah bulan umatku, barang siapa yang mengagungkan bulan Ramadhan serta mengagungkan kehormatanya dan tidak menghinanya sehingga berpuasa pada siang harinya serta mendirikan  malamnya, dan menjaga perbuatanya  maka akan keluar dari bulan ini dalam keada’an tanpa membawa dosa yang diminta oleh Allah SWT “.

Para Ulama’ mengatakan : Rajab adalah bulan istighfar, dan Sya’ban adalah bulan shalawat atas Nabi SAW, dan bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an.


Rajab Syakban, Ramadhan........
AKU MERINDUKAN RAMADHAN, SOBATTT!!!!!!!!!!
Bagaimana Denganmu?
......,,,,

Senin, 16 Mei 2011

10 Muwashofat Muslim

Bila disederhanakan, sekurang-kurangnya ada sepuluh profil atau ciri khas yang harus lekat pada pribadi muslim.




1. Salimul Aqidah
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam (QS 6:162).
Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.

2. Shahihul Ibadah.
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: “shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq.
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.
Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw ditutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman yang artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung (QS 68:4).
 
4. Qowiyyul Jismi.
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah (HR. Muslim). 
 
5. Mutsaqqoful Fikri
Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219).
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.
Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).
 
6. Mujahadatul Linafsihi.
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu.
Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).
 
7. Harishun Ala Waqtihi.
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya.
Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu”. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi.
Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

8. Munazhzhamun fi Syuunihi.
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.

9. Qodirun Alal Kasbi.
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Kareitu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.

10. Nafi’un Lighoirihi.
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya.
Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).
 Dikutip dari, http://islamiyah.wordpress.com/2007/04/14/10-muwashofat/
Gambar telusuran di Google

Rabu, 11 Mei 2011

Lima Peran Penting yang Diemban Rasulullah SAW

Pertama, Sebagai Rasul. Peran ini beliau jalani selama 23 tahun. Dalam kurun waktu tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam; menerima, menghapal, menyampaikan, dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran; menjadi guru (pembimbing) bagi para sahabat; dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian.
Kedua, Sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen. Tatkala memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik “negara-negara sahabat”. Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu menyatukan kaum Muslimin, Nasrani, dan Yahudi, mengatur perekonomian, dan setumpuk masalah lainnya.
Ketiga, Sebagai panglima perang. Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy. Sebagai panglima perang beliau harus mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata. Harus memikirkan strategi perang, persedian logistik, keamanan, transportasi, kesehatan, dan lainnya.
Keempat, sebagai kepala rumahtangga. Dalam posisi ini Rasul harus mendidik, membahagiakan, dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap  para istri beliau, tujuh anak, dan beberapa orang cucu. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat perhatian terhadap keluarganya. Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat bercanda dan menjahit sendiri bajunya.
Kelima, Sebagai seorang pebisnis. Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam, negeri yang saat ini meliputi Syria, Jordan, dan Lebanon. Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain senior dalam perdagangan regional. Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan “terpikatnya” konglomerat Mekah, Khadijah binti Khuwailid, yang kemudian melamarnya menjadi suami. Afzalurrahman dalam bukunya, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000: 5-12), mencatat bahwa Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman, Oman, dan Bahrain. Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai usia 37 tahun. Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut dengan sempurna, bahkan menjadi yang terbaik. Tak heran bila para ilmuwan, baik itu yang Muslim maupun non-Muslim, menempatkan beliau sebagai orang yang paling berpengaruh.

Dikutip dari, Etos kerja dalam persfektif islam oleh : H. Jazuli suryadhi, S.Ag, M.SI

Selasa, 19 April 2011

Hakikat Tauhid Dan Fenomena Kemusyrikan Oleh : Dr. Yusur Qardhawy. Bagian V,VI dan VII

Bagian V Bagaimana Merealisasikan Tauhid
1.       Memurnikan Ibadah Kepada Allah Semata
a.       Tidak mencari Tuhan selain Allah (Qs.Al-An’am 164)
b.      Tidak menjadikan selain Allah sebagai wali (kekasih), yang dicintainya sebagimana Allah (Qs.Al-An’am:14)
c.       Tidak mencari hakim selain Allah, yang ditaati sebagaimana ia taat kepada Allah (Qs.Al-An’am:114)
2.       Kufur Kepada Toghut
Qs. Al-Baqarah : 256
3.       Menghindari Kemusyrikan dan berhati-hati dengannya
Bagian VI Syirik
ü  Syirik besar Mengakibatkan Tertolaknya Amal (Qs. Al-Kahfi 110)
ü  Dosa yang tidak Terampuni (Qs.Annisa’: 48 dan 116)
ü  Diharamkan syurga Baginya (Qs. Al-Maidah: 72)
Syirik dibagi 2; Besar (tidak diampuni Allah) dan Kecil (Dosa besar).
a.       Syirik Akbar;
1.       Jelas dan Terang (zhahirun jaliyyun) yaitu menyembah tuhan selain Allah
2.       Tersembunyi dan Tersamar (bathinun khafiyyun) seperti berdoa dan meminta pertolongan sama kpd yang mati, menjadikan selain Allah sebagai pemilik Hak membuat syari’at.
b.      Syirik Kecil;
Bersumpah dengan selain Allah, memakai gelang dan benang penangkal, memakai jimat, Ruqyah (mantera dan Jampi), Sihir, Tanjim (Ramalan Perbintangan) Termasuk Sihir, Tiwalah (pelet),  Perdukunan dan ramalan, Bernazar untuk selain Allah, menyembelih untu selain Allah, Thiyarah (berperasan Sial Karena Melihat, Mendengar atau Bertemu sesuatu)

Bagian VII Islam Menutup Pintu-Pintu Kemusyrikan

Diantara pintu-pintu itu adalah.
1.       Ghuluw (berlebihan) dalam mengagungkan Nabi
2.       Ghuluw terhadap orang-orang saleh.
3.       Mengagungkan Kuburan
Menjadikan kuburan sebagai mesjid, shalat menghadap kuburan (jangan menjadikan kuburan berada di posisi kiblat), member penerangan di kuburan, membangun dan mengecat kuburan, menulisi kuburan, meninggikan kuburan, menjadikan kuburan sebagai perayaan.
4.       Meminta berkah kepada pepohonan, bebatuan dan semacamnya
5.       Kata-kata yang mengesankan Syirik
a.       Perkataan, apa yang dikehendaki Allah dan yang dikehendaki fulan/ dengan nama Allah dan nama amir(penguasa), atau dengan nama rakyat.
b.      Perkataan, kalau saja bukan karena kehendak Alla dan fulan/ saya berpegang kepada Allah dan kepadamu.
c.       Memberi nama dengan nama Allah atau dengan nama yang tidak layak, kecuali hanya untuk Allah
d.      Menamakan anak dengan nama Abd (hamba) selain Allah; seperti Abdul Ka’bah, Abdun-Nabi, dll. Ibnu Hazm telah menukil bahwa telah terjadi ijma’ atas haramnya nama-nama ini, kecuali Abdul Muththalib.
e.      Mencela Masa (zaman) saat ada kesulitan atau musibah.

      Bagian VIII dampak Tauhid dan Syirik dalam Kehidupan

A.      Dampak Tauhid dalam Kehidupan
1.       Kemerdekaan Manusia
2.       Pembentukan pribadi yang harmonis
3.       Tauhid Sumber rasa aman
4.       Tauhid, landasan persaudaraan dan persamaan
B.      Dampak dan bahaya syirik
1.       Penghinaan martabat manusia
2.       Sarang khurafat
3.       Kezhaliman Besar
4.       Sumber segala kecemasan
5.       Menelantarkan sisi positif manusia
6.       Dampak klemusyrikan di akhirat

Hakikat Tauhid Dan Fenomena Kemusyrikan Oleh : Dr. Yusur Qardhawy. Bagian II, III dan IV

Bagian II tauhid Yang Diperintahkan Islam

1.       I’tiqodi’ilmi (keyakinan Ilmiyyah)/rububiyyah
Keyakinan bahwa Allah adalah Rabb seluruh langit dan bumi, tidak ada sekutu baginya dan segala sesuatu itu dari-Nya.
Qs: 112, awal surat ke 3, 20,32,57,akhir surat 59,dll.
2.       ‘Amali Suluki (amal dan perilaku/ilahiyyah/uluhiyyah
Mengesakan Allah dalam beribadah, tunduk dan taat secara mutlak. Tidak disembah selain Allah, tidak satupun dilangit dan di bumi disekutukan dengan-Nya.
Qs: 109, beberapa ayat dari surat ke 6, awal surat ke 7 dan 10, akhir surat ke 7.

Bagian III Ibadah

Puncak ketundukan yang dibarengi puncak cinta.


Bentuk dan macam-macam ibadah:
1.       Do’a
Meminta sesuatu yang bermamfaat kepada Allah Sabda Rasul “Do’a adalah ibadah”(HR. Tirmidzi).
2.       Menegakkan Syi’ar Agama
Syi’ar agama seperti shalat, puasa, shadaqah, haji, dll. Yang semuanya tidak boleh dinampakkan kapada selain Allah.
3.       Tunduk dan Patuh Kepada Syariat Allah.

Bagian IV Urgensi Tauhid Uluhiyyah

Tauhid ini paling penting dan Agung, sebab:
ü  Sebagian besar menjati perhatian para Rasul
ü  Yang pertama ditangkap oleh pemahaman manusia pada saat kalimat tauhid di ucapkan.
ü  Allah mengutus Rasul dan menurun kitab-kitab-Nya untuk membawa tauhid ini.
ü  Untuk menegakkan Tauhid ini Allah menampakkan kekuasaan-Nya kepada manusia.
ü  Karena Tauhid ini, maka ada: Hari kiamat, pembagian catatan amal, pembagian amal, surga dan neraka.
A.      La Ilaha Illallah, Lambang Tauhid Uluhiyyah
Tiada Tuhan selain Allah, Inilah lambing yang menjelaskan hakikat tauhid dalam bentuk kalimat ringkas. Kalimat itu dinamamakan, Kalimat Tauhid, ikhlas dan taqwa.
Kalimat ini mengandung (1) penafian (peniadaan) ketuhanan pada apa selain Allah. (2) Itsbat (penetapan) ketuhanan untuk Allah semana, sebab Dia-lah tuhan yang Haq.(Qs.Al-Haj:620
B.      Tauhid, Tugas Utama para rasul
Tugas pertama para Rasul.
(1)Seruan Untuk Beribadah kepada Allah. (2)Seruan untuk menjauhi toghut.
Qs. An-Nahl:36, Al’araf:59, Hud:25-26, Almaidah:72.
Dakwah Nabi Muhammad saw kepada tauhid dan menjauhi toghut tampak jelas pada Al-Qur’an dan Sunnah serta syiar-syiar, adab dan akhlak Islam.
C.      Tauhid Syiar islam
Syia’ar Islam terwujud dalam syahadatain.
D.      Tauhid Hak Allah Atas hambanya
Sabda Rasul:
“Dari Mu’adz ra, ia berkata ; saya membonceng Rasulullah saw diatas keledai yang bernama ‘Ufair, lalu beliau bersabda : “Hai Mu’adz! Tahukah kamu hak Allah atas hamba-Nya dan hak hamba atas Allah?”


Aku menjawab: “ Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”. Nabi saw bersabda: “Hak Allah atas hamba adalah, hendaknya mereka menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, sedangkan hak hamba atas Allah adalah: Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya”……….(Muttafaq’alaih)
E.       Tauhid, Risalah Dalam Kehidupan Muslim
Qs. Adz-Dzariat: 56-57)

F.       Tauhid Risalah Umat Islam Kepada Umat lain
Yaitu menyeru umat lain untuk menyembah Allah semata. Qs. Ali Imran: 64

Hakikat Tauhid Dan Fenomena Kemusyrikan Oleh : Dr. Yusur Qardhawy. Bagian I : Kedudukan Tauhid Dalam Islam


A.      Iman Kepada Allah SWT Dasar Seluruh Akidah
Al-Qur’an Menempatkan Iman kepada Allah dasar atau pangkal, dan setiap rukun akidah yang lainnya bersandar kepadanya dan mengikutinya. (Qs.Al-Baqarah: 285 & 177) (An-Nisa’: 136)
Beriman kepada Allah mencakup :  Beriman kepada Wujudullah dan Beriman kepada kesaan-Nya.
B.      Tauhid, Esensi Islam
Yang di tekan dalam islam ialah mengenai aqidah, dimana banyak orang yang tersesat didalam hal ini.  Aqidah itu ialah aqidah Tauhid yang merupakan inti dari seluruh aqidah Islam. Yaitu beriman kepada adanya satu dzat yang berhak disembah, pemilik tunggal, hak penciptaan dan perintah.
C.      Dalil-Dalil tentang Wahdaniyatullah
Dalil Fitrah, Aqli dan Naqli
D.      Tauhid Inti Iman Kepada Allah
Tidak adanya tauhid yang benar akan mengakibatkan kekafiran, kemusyrikan, kotoran, kepalsuan, kezaliman yang besar, dan kesesatan yang nyata.

Beberapa Konsep Tauhid Yang Sesat

Yaitu : (1) Tauhid filosof (Pengingkaran terhadap zat dan sifat Allah), (2) tauhid wihdatul wujud (Allah adalah wujud dari segala sesuatu yg ada:batu,berhala,dll), (3) tauhid mu’tazilah (Mengingkari kadar,kehendak dan kekuasaan Allah), (4) tauhid Jabriyyah (5) tauhid nasrani (Trinitas: bapak,anak,ruh qudus).

Senin, 11 April 2011

Untuk Kita Saudaraku (2)

Sahabatku.......
Sungguh Dakwah ini tidak membutuhkan kita.
Sungguh Dakwah ini sama sekali tidak mengharapkan kita.
Sugguh tujuan dakwah ini akan terwujud meskipun tanpa kita.
Sungguh kemenangan pasti akan terjadi.
Sunguh......sungguh wahai sobatku.


Namun satu hal sobat.
Apa kah kita akan terasa berguna jika saat kebangkitan itu datang?
Sedangkan kita tidak sedikitpun berkontribusi untuknya.
Apakah kita hanya mampu berpangku tangan.
Sedangkan sobat2 kita yang lainnya berjuang tanpa kenal lelah.
Apakah kita akan bangga dengan sebutan Muslim/Muslimah BIASA?
Sungguh kerugian yang besar jika kita tidak ikut campur dalam KEMENANGAN itu sobat.


Sobat.......
Kembalilah.....
Kembalilah sobatku.
Kembali bersama kami meneruskan perjuangan ini.
Sama-sama kita berjuang, menuju kemengan sejati.
Kita bisa sobat, kita pasti memang, KITA ADALAH PEMENANG.
.......................................................................................................................

Sabtu, 09 April 2011

Untuk Kita Saudaraku (1)

Ikhwafillah.......
Kita tahu apa itu dakwah....
Kita juga tahu apa itu Lembaga Dakwah Kampus......
Kita juga tahu apa tujuan sebenarnya kita berada disini.
Kita tahu apa cita-cita besar kita.

Teman-teman terbaik ku sepanjang sejarah.
Kita tidak cukup untuk tahu.
Kita harus berbuat.
Harus Amanah.
Harus SEMANGAT!!!!!!!

Teman-teman yang sudah seperti saudara.
Sudah.
Cukuplah sudah kita mementingkan diri kita masing-masing.
Saatnya kita memikirkan amanah.
memikirkan tujuan kita........

Saudaraku.....
Satu tujuan kita saat ini.....
Mewujudkan kampus yang Islami.
Kampus Madani.
Spirit karna Allah.
Allahuakbar...............
...............................................................................

Selasa, 22 Maret 2011

Said Bin ‘Amir AL-Jumah

“Said bin ‘Amir Adalah Seorang yang Sanggup Membeli Akhirat dengan Dunia. Ia Adalah Orang yang Mendahulukan Allah Dan Rasul-Nya Daripada Siapapun.”
(Ahli Sejarah)

Seorang pemuda bernama Said bin ‘Amir Al Jumahi adalah salah satu dari ribuan orang muallaf yang datang dari daerah Tan’im daerah luar Mekkah demi memenuhi undangan para pemuka Quraisy untuk menyaksikan pembunuhan Khubaib bin ‘Ady salah seorang sahabat Muhammad setelah mereka berhasil menangkap Khubaib dengan cara menipunya.
Jiwa muda dan kekuatan yang dimilikinya membuat Said mampu menerobos kumpulan manusia saat itu, sehingga ia dapat berdiri sejajar dengan para pemuka Quraisy seperti Abu Sufyanbin Harb, Shafwan bin Umayyah dan lainnya yang menyaksikan pemandangan saat itu.  Kesempatan itu membuat Said dapat melihat para tawanan suku Quraisy yang sedang terikat. Tangan para wanita, anak-anak dan pemuda mendorong tubuh Said masuk ke arena pembunuhan, di tempat para suku Quraisy melakukan balas dendam kepada Muhammad lewat diri Khubaib, dan sebagai balas dari para anggota suku Quraisy yang mati dalam perang Badar.
Saat kerumunan yang sesak itu sampai ke tempat pembunuhan dengan membawa tawanan. Berdirilah pemuda yang bernama Said bin ‘Amir Al Jumahy dengan tegaknya dihadapan Khubaib. Ia menyaksikan Khubaib berjalan ke arah kayu yang telah dipancangkan. Said mendengar suara Khubaib yang tenang diantara jeritan dan teriakan para wanita dan anakanak.  Khubaib berkata: “Dapatkah kalian mengizinkan aku untuk melakukan shalat dua rakaat terlebih dahulu…?” Said lalu memperhatikan Khubaib saat ia menghadap kiblat dan melakukan shalat dua rakaat. Betapa bagus dan sempurna dua rakaat shalat yang dikerjakannya…  Said juga memperhatikan saat Khubaib menghadap para pemuka Quraisy seraya berkata: “Demi Allah, kalau kalian tidak menduga bahwa aku akan memperpanjang shalat karena merasa takut mati, pasti aku akan memperbanyak bilangan shalat tadi.”
Said menyaksikan kaumnya dengan kedua mata kepalanya saat mereka memotong bagian tubuh Khubaib yang masih hidup. Mereka memotong setiap bagian tubuh Khubaib sambil berkata kepadanya: “Apakah kau ingin Muhammad menggantikan posisimu ini dan engkau akan selamat karenanya?”
Ia menjawab –padahal darah mengalir di sekujur tubuhnya-: “Demi Allah, aku lebih suka menjadi pengaman dan meninggalkan istri dan anakku, daripada Muhammad di tusuk dengan duri.” Maka semua manusia yang hadir saat itu mengacungkan tangan mereka ke langit, seraya berteriak sengit: “Bunuh dia… bunuh dia!” Lalu Said bin ‘Amir menyaksikan dengan mata kepalanya senidir bahwa Khubaib mengangkat pandangannya ke langit dari atas tiang kayu seraya berdo’a:
“Allahumma ahshihim adadan waqtulhum badadan wa la tughadir minhum ahadan (Ya Allah, hitunglah satu demi satu mereka semua.  Bunuhlah mereka secara kejam. Janganlah kau sisakan satu orangpun dari mereka.”
Khubaibpun meniupkan nafasnya yang terakhir. Pada tubuhnya banyak sekali bekas luka pedang dan tombak yang tidak bisa dihitung manusia.
Suku Quraisy pun telah kembali ke Mekkah, dan mereka semua sudah lupa akan bangkai tubuh dan proses pembunuhan Khubaib.  Akan tetapi dalam diri seorang pemuda yang hampir baligh bernama Said bin ‘Amir Al Jumahy tidak pernah hilang bayangan Khubaib sesaatpun.  Said sering kali melihat Khubaib di kala tidur. Saat terjagapun, Said sering melihatnya dengan ilusi. Tergambar di benak Said saat Khubaib melakukan shalat dua rakaat yang begitu tenang dan nikmat didepan kayu yang terpancang. Said mendengar getaran suara Khubaib di telinganya saat Khubaib berdo’a untuk kehancuran suku Quraisy. Said menjadi khawatir terkena petir dibuatnya, atau takut terkena hujan batu yang jatuh dari langit karenanya.
Lalu Khubaib seperti telah mengajarkan Said apa yang belum diketahui sebelumnya….
Khubaib mengajarkannya bahwa hidup yang sesungguhnya adalah akidah dan jihad di jalan akidah hingga mati.
Khubaib mengajarkannya bahwa iman yang mantap akan menimbulkan banyak keajaiban dan mukjizat.
Khubaib juga mengajarkannya hal lain, yaitu bahwa pria yang dicintai oleh para sahabatnya dengan cinta seperti ini tiada lain adalah seorang Nabi yang didukung oleh langit.
Pada saat itu pula, Allah Swt melapangkan dada Said bin Amir untuk memeluk Islam. Maka ia berjalan menghampiri kerumunan manusia dan mengumumkan keterlepasan dirinya dari perbuatan dosa yang telah dilakukan suku Quraisy, dan ia berikrar akan meninggalkan segala berhala yang pernah disembanya dan ia mengumumkan bahwa ia telah masuk Islam.
Said turut ikut berhijrah ke Madinah, dan ia senantiasa mendampingi Rasulullah Saw. Ia pun turut dalam perang Khaibar dan perang-perang lain setelah itu.
Setelah Nabi Saw kembali keharibaan Tuhannya, Said menjadi pedang terhunus bagi Khalifah pengganti Rasul yaitu Abu Bakar dan Umar, dan ia menjadi satu-satunya contoh bagi orang yang beriman yang berniat membeli kehidupan akhirat dengan dunianya. Ia rela mendahulukan Allah dan pahala yang akan diberikan daripada semua keinginan nafsu syahwat badan.
Kedua khalifah Rasulullah Saw mengetahui dengan baik kebenaran dan ketaqwaan yang dimiliki oleh Said. Mereka berdua sering mendengarkan dengan serius setiap nasehat dan ucapan Said.
Said mendatangi Umar saat Umar baru menjadi khalifah. Said berkata kepadanya: “Ya Umar, Aku berwasiat kepadamu agar engkau takut kepada Allah dalam urusan manusia. dan janganlah engkau takut kepada manusia dalam urusan Allah. Ucapanmu jangan pernah menyalahi perbuatanmu, sebab ucapan yang terbaik adalah yang dibenarkan oleh perbuatan….  Ya Umar, perhatikanlah dengan baik orang yang telah Allah percayakan kepadamu urusannya dari kaum muslimin baik mereka yang jauh ataupun yang dekat. Cintailah mereka sebagaimana engkau menyayangi dirimu dan keluargamu. Buatlah mereka membenci apa yang engkau dan keluargamu benci. Goncanglah kumpulan manusia untuk menuju kebaikan, dan janganlah engkau khawatir terhadap kecaman orang selagi di jalan Allah.”
Umar pun bertanya: “ Siapa yang mampu melakukan itu, wahai Said?” Said menjawab: “Yang mampu melakukan itu adalah orang sepertimu yang telah diberikan Allah kepercayaan untuk mengurusi permasalahan ummat Muhammad. Tidak ada lagi jarak antara orang seperti dengan Allah.
Sejurus kemudian Umar mengajak Said untuk menjadi salah seorang pembantunya seraya berkata: “Ya Said, Kami mengangkatmu menjadi wali (gubernur) daerah Himsh.” Said menjawab: “Ya Umar, Demi Allah janganlah engkau menimpakan fitnah (ujian) padaku.” Umar pun menjadi berang seraya berkata: “Celaka kalian… kalian meletakkan kepemimpinan ini di leherku, kemudian kalian mau lepas tangan dariku!! Demi Allah, aku tidak akan membiarkanmu.” Kemudian Umar mengangkat Said menjadi wali di daerah Himsh seraya bertanya: “Bolehkah kami menentukan gaji buatmu?” Said menjawab: “Apa yang akan aku lakukan dengan gaji tersebut wahai Amirul Mukminin?! Sebab gaji dari baitul maal melebihi kebutuhanku.” Dan akhirnya Said pun berangkat ke Himsh.
Sedikit sekali uang yang dibawa oleh Said bin ‘Amir hingga tiba saat datangnya beberapa orang dari penduduk Himsh yang dipercaya oleh Amirul Mukminin. Amirul Mukminin berkata kepada mereka: “Tuliskan nama-nama orang miskin kalian sehingga dapat aku cukupkan kebutuhannya!” Mereka pun melaporkan data yang mereka miliki di dalamnya terdapat nama fulan, fulan dan Said bin ‘Amir. Umar bertanya kepada mereka: “Siapakah Said bin ‘Amir ini?” Mereka menjawab: “Dia adalah pemimpin kami.” Umar bertanya: “Pemimpin kalian termasuk orang fakir?” Mereka menjawab: “Benar, Demi Allah lama waktu berjalan namun di rumahnya tidak ada tungku api menyala.” Maka meledaklah tangis Umar hingga air matanya membasahi janggut. Kemudian Beliau mengumpulkan uang sebanyak 1000 dinar dan ditaruhnya dalam sebuah ikatan seraya berkata: “Sampaikanlah salamku padanya dan katakan padanya bahwa Amirul Mukminin mengirimkan uang ini untukmu agar semua kebutuhanmu tercukupi.”
Datanglah utusan tadi kepada Said dengan barang bawaannya. Said melihat bungkusan itu dan ternyata di dalamnya terdapat banyak uang dinar. Ia menolaknya seraya berkata: “Inna lillahi wa inna ilaihi rajiunseolah ia terkena musibah- lalu datanglah istrinya tergopoh-gopoh sambil bertanya: “Ada apa Said, apakah Amirul Mukminin telah wafat?” Said menjawab: “Bahkan lebih dahsyat dari itu.” Istrinya bertanya lagi: “Apa yang lebih dahsyat dari itu?” Ia menjawab: “Dunia sudah merasuki diriku untuk merusak akhiratku. Dan kini fitnah sudah menyebar di rumahku.” Istrinya berkata: “Kalau begitu, campakan saja hal itu –padahal istrinya tidak tahu tentang uang dinar tadi-.” Said bertanya: “Maukah kamu menolongku untuk melakukannya?” Istrinya menjawab: “Ya.” Maka Said mengambil uang dinar tadi dan ia membaginya dalam beberapa bungkusan kemudian ia bagikan kepada kaum muslimin yang fakir.
Tidak lama berselang, datanglah Umar ra ke beberapa daerah di Syam untuk memeriksa kondisi penduduknya. Saat ia tiba di Himsh –dan daerah ini disebut Al Kuwaifah sebagai panggilan kecil bagi kota Kufah, dan untuk mempersamakan daerah Himsh dengan Kufah karena banyaknya penduduk yang mengeluhkan kinerja para pegawai dan wali di wilayah mereka sebagaimana yang sering terjadi di Kufah- Saat Umar tiba di sana, beberapa penduduk menghampiri Umar untuk memberikan sambutan terhadapnya. Umar lalu bertanya kepada mereka: “Bagaimana pendapat kalian tentang Amir (pemimpin) di sini?” Mereka mengadukan keluhan kepada Umar dan mereka menyebutkan 4 kekurangan Amir mereka, setiap 1 masalah lebih besar dari lainnya. Umar berkisah: Maka akupun mengumpulkan Amir mereka yaitu Said bin Amir dengan orang-orang tadi.  Dan aku berdo’a kepada Allah agar dugaanku tidak dibuat salah; karena aku menaruh kepercayaan besar kepada Said.
Saat mereka dan pemimpinnya sudah tiba menghadapku, aku bertanya:
“Apa yang kalian keluhkan dari amir kalian?” Mereka menjawab: “Ia tidak keluar bekerja sehingga hari sudah amat siang.” Aku bertanya: “Apa komentarmu dalam hal ini, ya Said?” Ia terdiam sejenak lalu berkata:
“Demi Allah tadinya aku tidak mau mengatakan hal ini. Namun karena ini harus disampaikan maka akupun akan menceritakannya. Aku tidak punya pembantu di rumah. Setiap kali aku bangun di pagi hari, maka aku harus menumbuk gandum buat keluargaku. Kemudian aku harus mengaduknya dengan perlahan sehingga ia menjadi ragi. Lalu aku buatkan roti untuk keluargaku. Kemudian aku berwudhu dan keluar untuk mengurusi permasalahan manusia.”
Umar bertanya: “Lalu apa lagi yang kalian keluhkan terhadapnya?” Mereka menjawab: “Ia tidak mau melayani seorangpun pada waktu malam.” Umar bertanya: “Apa komentarmu dalam hal ini, wahai Said?” Ia menjawab: “Demi Allah, Sungguh aku juga sungkan untuk menceritakan hal ini… Aku telah membagi waktu siangku untuk berkhidmat dalam urusan mereka, dan waktu malamku untuk Allah Swt.” Umar bertanya lagi: “Apa lagi yang kalian keluhkan darinya?” Mereka menjawab: “Ada satu hari dalam sebulan dimana ia tidak keluar untuk mengurusi kami.” Umar bertanya: “Apa maksudnya ini, wahai Said?” Ia menjawab: “Aku tidak memiliki pembantu, wahai Amirul Mukminin. Dan aku tidak memiliki baju kecuali yang sedang aku pakai ini. Aku mencucinya sebulan sekali dan aku menunggunya hingga ia kering. Dan pada penghujung hari, baru aku dapat keluar menemui mereka.” Umar bertanya lagi: “Apa lagi yang kalian keluhkan darinya?” Mereka menjawab: “Sering kali ia hilang kesadaran, sehingga ia tidak mengenali orang yang berada di sekelilingnya.” Umar bertanya: “Apa maksudnya hal ini, ya Said?!” Ia menjawab: “Aku menyaksikan pembunuhan Khubaib bin ‘Ady pada saat itu aku musyrik, dan aku melihat para penduduk Quraisy memotong jasadnya dan mereka bertanya kepada Khubaib: ‘Apakah kau ingin Muhammad menggantikanmu di sini?’ Ia menjawab: ‘Demi Allah, aku tidak suka merasa aman dengan istri dan anakku, padahal Muhammad sedang dicucuk dengan duri….’ Dan aku selalu teringat akan hari itu dan mengapa aku tidak menolongnya sehingga aku menduga bahwa Allah tidak mengampuniku… maka akupun hilang kesadaran karenanya.  Saat itu Umar langsung berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah membuat dugaanku kepadanya tidak rusak.” Kemudian Umar mengirimkan 1000 dinar untuknya agar dapat memenuhi segala kebutuhannya. Begitu istri Said melihat uang tersebut, maka ia berkata:
“Segala puji bagi Allah yang telah mencukupkan kami lewat khidmat yang kau berikan. Belilah segala kebutuhan hidup kita. Dan carilah seseorang yang mau diupah sebagai pembantu!” Said berkata kepada istrinya:
“Apakah kau punya sesuatu yang lebih baik dari itu?” Istrinya bertanya:
“Apakah itu?” Said berujar: “Kita kembalikan lagi kepada orang yang membawanya, dan hal itu lebih kita butuhkan?” Istrinya bertanya lagi:
“Apakah itu?” Ia menjawab: “Kita pinjamkan uang tersebut kepada Allah sebagai qardhan hasanan (pinjaman yang baik).” Istrinya menanggapi:
“Benar. Dan engkau akan dibalas dengan kebaikan karenanya.” Setelah ia meninggalkan majlis maka ia membagikan uang dinar tersebut dalam beberapa bungkus dan ia berkata kepada salah seorang anggota keluarganya: “Bawalah ini kepada janda fulan, yatim fulan, si miskin fulan dan si fakir fulan.
Semoga Allah meridhoi Said bin ‘Amir Al Jumahy. Beliau adalah salah seorang sosok yang mampu mendahulukan kepentingan orang lain, meski ia berada dalam kondisi yang mendesak.

Sabtu, 19 Maret 2011

Malu, Karna Tidak Bisa Membaca Al-Qur'an

A : Boy, Ngaji Yok!
      Kita gunakan waktu kita sekali dalam seminggu untuk belajar agam.
B : Gak lah "A", gak aku gak bisa Qur'an.
A : Loch, makanya kita belajar wak.
B : Malu aku.
A : Kenapa Mesti Malu, namanya juga belajar.
B : Kamu ja lah "A", aku mau ngambil sesuatu disana.



A : Oke lah, gpp, hati-hati ya.
      Minggu depan kita ngaji ya.......
B : Senyum dan berlalu..........
A : :)


Hemmmmmmt............
Inilah fenomena Mahasiswa muslim saat ini.
Dialog di atas merupakan salah satu kisah nyata yang sering kita temui di kampus, ajakan kebaikan sering kali ditolak dengan berbagai alasan.
Namun tidak perlu heran, Mungkin inilah gambaran ummat pemegang tongkat estafet perjuangan kedepan, seorang penerus yang hanya mampu memberi alasan dengan sejuta bumbu kebohongan.

Apakah pantas si "B" yang dalam dialog di atas disebut seorang Muslim?
mungkin ini harus dipertanyakan.
karena jika kita langsung memfonis si "B" bukan seorang Muslim, maka siap-siap lah kembali tanpa nyawa dengan kepala terpenggal atau pulang membawa nyawa dengan darah berhamburan.

Kesadaran yang seharusnya semakin kokoh ketika seseorang beranjak dewasa, malah luntur berhamburan entah kemana.
KITA MALU KETIKA TIDAK MAMPU MEMBACA AL-QUR'AN!
tapi kita enggan untuk mempelajarinya.
Apakah Kita akan bisa tanpa Belajar???????
Inilah kenapa dikatakan, UNTUK MENCAPAI SUATU TUJUAN ITU TIDAK CUKUP HANYA DENGAN "INGIN" SAJA.
tapi butuh USAHA dan KOMITMEN.

SIAPA YANG RUGI KETIKA KITA TIDAK MAMPU MEMBACA AL-QUR'AN????
Senangkah kita menyuruh orang lain tadarus di MAYAT IBU/BAPAK kita, sedangkan kita hanya mampu menangis.
Sempatkah kita berpikir MERAHNYA MUKA KITA KETIKA NANTINYA ANAK KITA MENANYAKAN TENTANG AL-QUR'AN SEDANGKAN KITA TIDAK MAMPU MENJAWABNYA?????????
Jangan Sampai KEBODOHAN menghambat kita untu BERIBADAH!!!!
Dan Jangan sampai KEBODOHAN membawa kita ke jurang MAKSIAT.

SEMUA BELUM TERLAMBAT KAWAN...........
Mari, sama-sama kita Belajar dan Mengajari Al-Qur'an.
Insya Allah, Allah akan membalas yang baik itu dengan yang lebih baik.
Amin.

Gambar, http://media2.id.88db.com/DB88UploadFiles/2008/02/26/9E23CB21-F260-4444-961C-5FF1C2BE78C7.jpg
Search with Google

Jumat, 18 Maret 2011

Hidup Lah Seperti Penjaga Parkir


Penjaga Parkir. . . .
Mungkin kita terlalu gengsi untuk belajar dari mereka.
Pekerjaan kita yang lebih baik dari mereka,
Membuat mata kita tertutup untuk belajar dari mereka.
Satu yang dapat kita ambil dari mereka penjaga parkir.
Kita bisa belajar indahnya hidup dari mereka.
Mereka memiliki banyak mobil mewah, tetapi mereka tidak sombong.
Mereka akan menjaga mobil-mobil mewah itu dengan sebaik-baiknya
Dan mereka tidak akan berat hati ketika melihat mobil-mobil mewah itu meninggalkan mereka satu persatu.
Itulah 2 sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan dari penjaga parkir,
Dan menjadi 2 hal yang menjadi pelajaran bagi kita.
Dimana…..
Ketika Allah menitipkan sesuatu kepada kita, baik itu nyawa, anak, istri, harta, dan kenikmatan-kenikmatan lainnya,
Kita dituntut untuk menjaganya, tidak sombong karenanya dan tidak pula kita mengabaikannya.
Begitu juga ketika Allah mengambil segala titipan itu, maka kita harus merelakannya.
Karena itu semua adalah titipan Allah, dan pasti akan diambil-Nya.
Semoga dapat bermamfaat.

Gambar diambil dari google

Urgensi Amal Jama'i


1.      Dustur Ilahi :
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran 3:104)
Dalam ayat ini Allah telah mengisyaratkan tentang wajibnya melaksanakan dakwah secara amal jama’i.
2.      Perjuangan Islam terlalu berat untuk dipikul secara individual karena perjuangan Islam bertujuan mengikis habis jahiliyah sampai ke akar-akarnya dan menegakkan Islam sebagai penggantinya.
Tanpa adanya struktur (tandzim) haraki yang setarap dengan struktur yang dihadapi (jahiliyah) dalam segi kesadaran, penataan dan kekuatan, tugas perjuangan Islam tak mungkin dapat dihasung meskipun dengan berpayah-payah dan pengorbanan seluruh kemampuan.
3.      Da’wah secara jama’ah adalah da’wah yang paling efektif dan sangat bermanfaat bagi Gerakan Islam. Sebaliknya da’wah secara sendirian akan kurang pengaruhnya dalam usaha menanamkan ajaran Islam pada umat manusia.

4.      Beramal jama’i (bergerak secara bersama) akan memperkuat orang-orang yang lemah dan menambah kekuatan bagi orang-orang yang sudah kuat. Satu batu bata saja akan tetap lemah betapapun matangnya batu bata tersebut. Ribuan batu bata yang berserakan tidak akan membentuk kekuatan, kecuali jika telah menjadi dinding, yaitu antara batu bata yang satu dengan yang lain telah direkat dan ditata secara rapi.
“Orang Mu’min yang satu dengan orang Mu’min lainnya seperti bangunan yang saling memperrekat.” (Muttafaq ‘alaih)
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Al Maaidah 5:2)
5.      Beramal jama’i sebagai sarana mencapai keridhaan Allah
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seolah-olah mereka adalah bagunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash Shaff 61:4)
6.      Dengan amal jama’i balasan yang diberikan berlipat ganda
Allah SWT memberikan ganjaran yang besar kepada ibadah yang dilakukan secara berjamaah seperti shalat berjamaah dan sebagainya.
7.      Iman lebih terpelihara dalam lingkungan amal jama’i
Persatuan dalam amal jama’i merupakan benteng pertahanan dari ancaman kehancuran. Seorang diri bisa saja lenyap, jatuh atau disergap oleh syethan-syethan manusia dan jin. Tetapi jika ia berada di dalam Jama’ah maka akan terlindungi.
Seperti seekor kambing yang berada di tengah kawanannya. Tidak ada serigala yang berani memangsanya karena perlindungan kawanan itu sendiri. Serigala akan berani memangsanya manakala kambing itu keluar dari kawanannya atau berjalan sendirian.
“Kalian harus berjama’ah karena tangan Allah bersama Jama’ah. Barang siapa melesat sendirian maka ia akan melesat sendirian di neraka.” (Hadits)
“Sesungguhnya syethan adalah serigala manusia dan serigala itu hanya memakan kambing yang lepas (dari kawanan).” (Hadits)
“Kalian harus ber-Jama’ah, karena syethan itu bersama orang yang sendirian dan dia akan lebih jauh terhadap dua orang.” (Hadits)
8.      Kebathilan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir

Sumber: http://yahyaayyash.wordpress.com/2008/05/28/amal-jama%E2%80%99i/